Wednesday, February 21, 2007

Banjir Bandung

Pagi tadi, sudah sedikit 'berbangga hati', soalnya pergi cukup pagi dari rumah. Perhitungan di kepala, hari ini nggak akan telat-lah. Sempat disusul oleh motor yang dibawa bu Tika, dan aku bersiap 'balapan' nyampe sekolah, karena aku akan lewat jalan tol yang disambung dengan jalan layang pasupati. Cepat-lah kalau lewat sana. Tapi tak disangka tak diduga, usai jembatan kedua di lajur terusan buahbatu, antrian panjang kendaraan sudah nampak tak terlihat ujungnya. Panjang sekali!!! Tak mungkin mundur atau mencari jalan alternatif lain. Terjebak macet-lah. Perjalanan ke sekolah yang normalnya cuma makan waktu se-jam, kali ini kutempuh dalam waktu 2 jam 15 menit-an!!! Luar biasa. Itupun sudah ambil jalur tol, karena ruas jalan di simpang tol terlihat masih sangat padat. Kakiku sudah capek nginjak pedal kopling.
Merasa kesal pun percuma, sebetulnya, jadi 'kunikmati' saja perjalanan itu. Sempat-sempatnya mbaca beberapa kisah dari buku Chicken Soup for the Unsinkable Soul sambil maju sedikit-sedikit. Sempat kesal juga sih pada beberapa sopir lain dan pengendara motor... (yang banyak banget, main salip kanan-kiri dan ngalangin jalan!!!) yang menyalip lajur dan maksa untuk bertahan di lajur kanan, padahal itu lajur untuk kendaraaan dari jalur seberang! Lebih kesal lagi ketika dari dalam sebuah sedan berpelat nomor Jakarta, melayang sebuah kotak rokok kosong. Swish...! Seringan itu dibuangnya ke jalanan Bandung! Nggak kurang ajar tuh? Kupelototi juga tuh orang di balik kemudi itu. Sayang kacanya gelap.
Merokoknya saja sudah menzhalimi diri dan orang lain. Lalu, membuang kotak rokok ke jalanan, jelas-jelas memberi mudharat untuk orang lain. Bila satu kepala berpendapat aman-aman saja untuk membuang sampah seenaknya sendiri, maka tidak heran jika masalah sampah di Indonesia nggak selesai-selesai. Banjir nih jadinya.
Sebetulnya, rumah dan jalan yang tadi kulewati tidak tergenang air, tapi justru jalur lain (ruas jalan Palasari-Dayeuhkolot) yang kayaknya terendam, membuat kendaraan yang biasa lewat sana mencari jalan alternatif. Akhirnya tumpah-ruahlah kendaraan di ruas jalan terusan buahbatu yang biasa kujajal setiap hari. Macet total.
Ah... banjir akhirnya merambah Bandung juga. Bukan banjir bandang, mudah-mudahan. 'Cuma' banjir (di) Bandung. Semoga tak separah di Jakarta.

No comments:

Koleksi Memori