Dini hari, telefon genggam yang kusimpan di samping bantal ‘bernyanyi’. Nyaring. Kulirik jam dinding sebelum meraih Samsung bermodel candybar itu. Jam 1 lewat 15 menit-an. Hmm… Kulirik tampilan layar handphone-ku. Unknown. Tak ada nomor apapun di sana yang menunjukkan identitas sang penelefon.
“Halo…?” netral sapaan pembuka yang kuberikan. Siapa tahu dari Barbara?
“Halo. Diah ya?” Eh??? suara bariton terdengar dari sambungan telefon di seberang.
“Betul. Siapa ya ini?” tanyaku keheranan sendiri. Siapa sih yang nekat menelefon aku lewat tengah malam begitu? Rasanya, aku nggak memberikan nomor telefonku kepada sembarang orang. Laki-laki, pula! Dia tak mau menjawab pertanyaanku.
“Belum tidur atau jadi terbangunkan?” hmm…
“Jangan nanya dulu. Saya yang lebih dulu bertanya, berarti kamu harus jawab dulu dong.” Eh… dia cengengesan.
“Tebak aja deh.” ‘tawarnya’. Wah… aku sama sekali nggak bisa menebak siapa penelefon misterius ini. Kucoba telusuri.
“Bukan orang pulau Jawa ya?” dia bilang, asalnya dari Jawa (Barat, kalo nggak salah ingat), tapi sekarang sedang tidak di Jawa.
“Temen chatting, bukan?” tanyaku lagi. Tapi rasanya sudah lama juga aku nggak chatting sama orang Indonesia, apalagi yang kuberi nomor telefon. Dia memang men-tidak-kan.
“Siapa sih ini? Ayo, mesti tanggung jawab! Sudah mbangunin dari tidur lewat tengah malam begini, mesti ngasih tahu identitas dong..!” desakku. Eh, dia keukeuh nggak mau ngasih tahu.
“Emangnya jam berapa di sana?” tanyanya lagi.
“Jam satu lewat!” ujarku rada sewot.
“Di sini sih baru jam delapan.” Katanya. Enteng aja.
“Di mana tuh? Arab ya?” ketika kukalkulasi perbedaan waktu antara Indonesia dan … negara mana ya yang berbeda 5 jam?
“Sudah, tidur lagi aja!” Katanya. Hh… dia tetap tak mau mengungkap identitas dirinya. Aku tak punya pilihan lain selain tidur lagi. Sempat penasaran dan jadi kepikiran sih… tapi ngapain juga mesti sibuk mikirin itu dan jadi susah tidur? Rugi amat. Jadi, siapapun dirimu hey penelefon misterius, sayang-sayang pulsa deh. Nggak usah mbela-belain nelfon tengah malam buta kalau cuma untuk mbangunin orang tanpa guna. Mendingan ikutan tahajjud call. Cukup dengan miscall, berpahala mbangunin orang untuk mengingatkan shalat malam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Hari Minggu pagi, pukul 3 dini hari, telefon berdering. Kupikir, pasti bukan kabar yang terlalu baik. Emergency, pasti. Pada intinya, kesimp...
-
Suatu siang di Kota Baru Parahyangan. Aku berada di kawasan niaga di tatar Ratnasasih. Kuparkir mobilku menghadap jalanan supaya memu...
-
Berawal dari keingintahunan tentang kisah dan cerita di balik benda koleksi orang-orang, kuusung tema koleksi ini untuk menjadi salah satu t...
No comments:
Post a Comment