Wednesday, July 30, 2008
Memperingati Hari Anak Nasional
Hari Minggu, aku langsung pergi dari rumah ke tempat lomba karena memang relatif lebih dekat, sementara teman-teman lain beserta para penari akan datang dari sekolah, diantar pak Deni dengan mobil putih besarnya.
Setelah terhadang pasar kaget di seputaran Bale Endah, lamma... dan tak terduga (soalnya aku ambil jalan memutar, dan tetap saja terjebak macet), aku sampai juga di kompleks Mekar Wangi, di mana Kukuruyuk Market berada. Sempat salah jalan dan tersasar ke kompleks dan tidak menemukan jalan masuk ke tempat parkir, akhirnya aku berputar dan memarkir mobilku tidak jauh dari food court tempat event itu berlangsung.
Turun dari mobil, terdengar sayup-sayup musik pengiring tari Badindin sudah mulai mengalun. Aku bergegas mendekati bunyi suara, dan tepat waktu menyaksikan murid-murid binaan bu Reni & bu Tri itu menunjukkan kebolehannya. Beberapa shoot foto sempat kuambil, tapi sayang hasilnya tak begitu bagus karena jarak yang relatif dekat, selain padatnya daerah depan panggung yang disesaki oleh para orangtua murid maupun pengunjung lain.
Usai tarian, panggung disingkirkan untuk memberi ruang bagi para peserta lomba gambar. 3 orang muridku mengambil tempat di karpet yang disediakan. Tak berapa lama kemudian, mereka sudah mulai asyik mewarnai gambar dengan tema Candy World. Kelihatannya rumit juga. Puteri dan Fina terlihat asyik mewarnai dengan konsep dan tahapan kerja yang tertata. Sementara Naufal yang sedang pilek keukeuh ingin pakai pensil warna atau pastel lilin. Dia memang nggak suka pakai crayon yang warnyanya justru lebih kuat. Kekuatannya ada di paduan warna yang tidak biasa. Satu peserta dadakan adalah Dekha, adik Fina yang ingin ikut serta ikut lomba, daftar di tempat. Dengan riang dan percaya diri, dia mewarnai gambar. Sesekali dia memanggil papanya, memperlihatkan gambar yang setahap demi setahap sudah diwarnainya.
1,5 jam waktu yang disediakan dimanfaatkan dengan baik oleh anak-anak itu. Gambar dikumpulkan. Lomba lain digelar. Indi dan Anggi ikut serta di lomba gratisan itu, merangkai beads bergambar lebah yang diselenggarakan oleh Hama-Craft. Serius sekali mereka berdua, beserta belasan peserta lainnya. Satu orang peserta yang jelas-jelas dibantu emak-nya, ternyata jadi juara. Tapi Indi tak mau kalah cepat. Dia berhasil mendapatkan hadiah sebagai juara ketiga. Alhamdulillah. Selepas jam 1, teman-teman lain dengan anak-anak sudah dijadwalkan untuk kembali ke sekolah, meninggalkan aku sendiri menanti pengumuman lomba. Ya... okelah.
Keliling-keliling di arena food court, mau tak mau, aku tergoda juga untuk menikmati apa yang tersedia di sana. Sambil membaca majalah yang kubawa, kunikmati teh dingin walaupun bukan teh favoritku. Cukup menyegarkan-lah sebagai pelepas dahaga. Sementara, makan siang seporsi sate-lontong traktiran dari mama Kayla sudah kunikmati sebelumnya. Terima kasih banyak.
Tunggu punya tunggu, bosan juga nih menanti jam 4 sore saat pengumuman lomba dilaksanakan. Merintang waktu, kunikmati segelas tinggi natural yoghurt-peach favoritku yang ternyata tersedia di sana. Ummm... yummy... Rupanya penantianku tak sia-sia. 3 muridku lolos mendapatkan gelar dari 6 yang tersedia. Semoga di kesempatan lain mereka dapat berprestasi lebih baik lagi. Amiin.
Quote of the Day
Samuel Taylor Coleridge
Tuesday, July 29, 2008
KM 129
Jam 3 berangkat dari sekolah, mampir dulu di Bale Pare untuk mengambil uang di ATM, sekalian juga mampir di AlfaMart untuk membeli minuman teh hijau favoritku. Sebotol saja kali ini. Uangku pas-pasan banget. Akhir bulan gini... harus ganti oli juga? Hhh...
Di jalan tol, menjelang kelokan ke arah Pasteur/Cimahi, kendaraan mulai melambat. Terlihat antrian mengular di depanku. Ragu. Haruskah melanjutkan ke gerbang Bubat seperti rencanaku semula supaya segera sampai di bengkel langgananku, atau berbelok ke Pasteur untuk menghindari macet, dengan konsekuensi terhadang di beberapa perempatan berlampu merah dan jarak tempuh yang (sedikit) lebih jauh? Mikir juga nih... Satu-dua kilometer, lumayan juga kali ya untuk menghemat bensin ;) Maka kuikuti saja alur kendaraan yang merayap pelan. Kusiapkan kamera, untuk merekam momen yang mungkin bisa tertangkap lensa kamera poketku. Kuprediksi, ada kecelakaan di depan.
Rupanya dugaanku benar. Selepas km 128, ban mobilku melindas pecahan kaca mobil dan lampu sign yang bertaburan di jalan. Kulirik sekilas ke sebelah kiri tanpa sempat memotret karena jalan sudah mulai lengang. Sebuah kijang kapsul biru tua berada di bahu jalan dengan bagian kiri belakang penyok berantakan. Innalillaahi wa inna ilayhi raaji'uun. Entah bagaimana nasib pengemudi atau penumpang lainnya (bila ada). Di depannya, sebuah ambulans sudah siap melaju.
Aku mempercepat laju kendaraanku di jalan yang mulai lengang itu, menjauh dari titik kecelakaan, di sekitar km 129 ruas tol Pasteur-Pasir Koja. Tak berapa lama kemudian, ambulans tadi menyusulku lalu berbalik arah menuju ke arah Pasteur. Mungkin menuju RSHS. Hmm... terpikir olehku kinerja para pengemudi ambulans. Mereka tentu perlu punya nyali dan skill ekstra tangguh ya? Harus berani ambil resiko menyusul banyak kendaraan di depan, bahkan menentang arus lalu lintas kalau perlu, supaya pasien dapat segera dibawa ke rumah sakit, menyelamatkan nyawa yang sangat berharga. Semoga korban kecelakaan tadi dapat diselamatkan. Amiin.
Quote of the Day
Gloria Estefan
Ke Depok Lagi
Lalu lintas cukup lancar, dan aku sampai di PTT -tempat pemberhentian bus kota baru- sekitar jam setengah tujuh. Bis pertama mungkin sudah lewat. Aku menunggu bis kedua. Tahu-tahu, dari sebuah angkot, sebuah wajah yang kukenal muncul di hadapanku. Erlin. Ah... senangnya ada teman seperjalanan. Tak lama kemudian, bus yang akan membawa kami ke Padalarang pun datang. Beramah-tamah dengan pak sopir dan pak kondektur (bukan berarti makan-makan ya...) di perjalanan, ketemu juga dengan bu Shita di Alun-alun Bandung. Padalarang, here we come... Sayang, kami sedikit terlambat sampai sekolah. Berarti perjalanan bus makan waktu sekitar 1 jam nih.
Mulai berkegiatan di sekolah, ada beberapa hal yang harus kukerjakan. Urgent. Jadwal sangat padat, beberapa deadline lewat tanpa sempat 'menungguku' menyelesaikannya, dan 'tetangga sebelahku' mutung. Be-Te dia. Terimbas juga aku dengan sikapnya. Mungkin sebagiannya gara2 aku juga, walaupun aku (akhirnya) tahu, penyebab utama perubahan sikapnya. Sorenya, kusempatkan untuk minta maaf dan membahas permasalahannya. Lama juga, sampai akhirnya aku baru bisa pergi ke halte bus jam 5-an. Ketinggalan bus deh...
Nunggu di halte hampir 1 jam, akhirnya dapat bus terakhir ke Leuwi Panjang. Eh... ketemu Erlin lagi (dan Nova) di dalam bus. Bareng deh menuju Bandung. Turun di gerbang tol Pasirkoja, aku tinggal nyebrang jalan. Nunggu lagi bus MGI jurusan Depok. Tunggu punya tunggu, jam 7 lewat aku baru dapat bus. Bus terakhir ke Depok. Semua kursi terisi penuh. Aku dikasih tempat di belakang, di smoking area (untungnya nggak ada yang merokok saat itu), dikasih bantal ekstra karena nggak kebagian kursi. Nggak nyaman sih, untuk perjalanan 2-3 jam begitu, tapi apa boleh buat. Lebih nggak nyaman lagi, tepat di depanku ada sepasang sejoli yang mesra sekali berpacaran. Bukannya sirik, cuma risih aja lihat laki-perempuan bermesraan di depan mataku. :(
Thursday, July 17, 2008
Tuesday, July 15, 2008
11 Ways to Improve Your Health
Monday, July 14, 2008
Ayat-ayat Cinta, the Movie
Baru beberapa hari yang lalu, aku sempat nonton film fenomenal itu. Fenomenal, karena novelnya saja punya ‘nafas’ baru di kalangan penulisan karya sastra terutama novel, yang kemudian melahirkan ‘aliran baru’ sastra Islami. Filmnya ditunggu banyak orang, bahkan presiden Yudhoyono sendiri ikut menonton film ini. Aku sendiri? Ketinggalan banget. Ketika dulu diajakkin teman untuk ke bioskop, sok sibuk aja sampai nggak menyempatkan diri. Lagipula, kupikir aku bisa beli VCDnya dan nonton film itu kapan-kapan. Dan demikianlah kejadiannya.
Resensi film yang menyatakan begini dan begitu memang sudah cukup banyak kudengar. Yang jelas, pada intinya, film itu sedikit berbeda dengan novelnya. Tak akan terkejut aku saat menonton film itu. Tapi tak ayal, aku agak kecewa juga. Ada beberapa bagian yang sangat berbeda dengan novel cantiknya. Selain itu, para pemeran utama di film itu yang jelas-jelas bukan muhrim, ternyata melakukan banyak kontak fisik, bahkan hingga pelukan dan... ciuman.
Selain itu, adegan Fahri talakki di depan ustadznya jelas-jelas dubbing, padahal kabarnya Fedi Nuril (pemeran Fahri) sudah berusaha keras untuk menghafal dan melafadzkan bacaan quran sebaik mungkin. Kentara sekali perbedaan suaranya. Hal lain yang membuatku tidak pro pada film ini adalah ketika konsep poligami dipraktikkan secara (menurutku) salah kaprah. Ketika ketiga orang itu tinggal bersama di satu rumah –walaupun ceritanya Fahri sudah menikah, sah, dengan kedua wanita itu-, di kamar yang bersebelahan, dengan pembagian giliran yang tidak ditetapkan sejak awal. Fahri bingung, Aisha dan Maria pun demikian. Di sini, penonton yang nggak ngerti pun akan terseret arus kebingungan. Salah konsep.
Zaman rasulullah dulu, setahuku memang terjadi kecemburuan di kalangan istri rasul, saling ‘bersaing’ untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari rasulullah, tapi tentu saja masih dalam koridor adab yang sangat terjaga. Iyalah... rasul beserta istri-istrinya tentu akan segera diingatkan Allah bila mereka lengah. Sedangkan kita di zaman sekarang ini, hm... banyak-banyaklah saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, dan jangan lupa untuk selalu minta petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT dalam setiap langkah kita. Semoga Dia rela, beriku mudah (potongan dari salah satu lagu yang kugubah, "Hariku"). Amiin.
Quote of the Day
Rick Springfield
LCLLM 2008
Pengumuman lomba muncul di Republika pertengahan Juni lalu, dengan deadline tanggal 4 Juli. Wah… hanya diberi 2 minggu-an untuk menyiapkan materi lagu dan mengirimkannya ke panitia? Hm… okelah. Di tengah kesibukan menyiapkan hari pertama sekolah di tempat kerja, aku menyiapkan rekaman laguku dengan kualitas miniiim sekali. Nggak sempat bikin rekaman yang bagus, serius, di studio rekaman khusus, misalnya. Aku bahkan berencana untuk mengirimkannya lewat telefon, dengan nomor esia yang -niat banget deh…- aku beli khusus untuk lomba ini. Pinjam handphone-nya Nova, aku coba mengirimkan materi lomba via telefon, ternyata tak berhasil. Serasa buang uang percuma. Akhirnya nomor itu kuberikan pada Nova dengan sisa pulsa nggak seberapa.
Aku coba juga mengirimkan materi lagu via e-mail, sesuai dengan persyaratan yang diberikan panitia. Ternyata, pengiriman via e-mail HANYA untuk lomba lirik lagu muslim. Ha…! Mau tak mau, aku harus mengirimkannya via pos. Untungnya, saat deadline (kurasa sudah) lewat, ternyata batas waktu pengiriman materi lagu diperpanjang sampai tanggal 12. Yes!!! Masih ada waktu nih untuk berjuang. Maka aku usahakan untuk membuat kompilasi lagu dan memasukkan datanya ke CD. Maksa deh, sampai ‘masuk dapur rekaman’ di ruangan baru PDIS di lantai bawah sekolahku, ruang berkaca yang kelihatannya sih kedap suara. Malu dan ragu merekam suaraku sendiri ke gadget MP3 serbaguna yang kupunya. Malu, soalnya ketika hasil rekaman suaraku kudengarkan lagi, kok ya terasa beda dengan suara aslinya. Terdengar seperti suara anak-anak. Haha… Ragu, karena khawatir kepergok satpam yang sedang patroli. Mungkin dia pikir, ini ibu guru ngapain nyanyi sendiri, di saat sekolah sudah sepi? Hihi… Tapi akhirnya, aku sukses juga merekam suaraku, mentransfernya ke CD lalu mengirimkannya ke alamat panitia, tepat sebelum deadline. Mudah-mudahan sampai ke panitia dalam kondisi baik, dan semoga juga para juri bisa mengapresiasi lagu-laguku dengan baik. 4 lagu yang kusertakan tahun ini: Hariku, Renungan Ramadhan, Masjidku, dan Terlena. Dari 4 lagu yang kukirimkan, mudah-mudahan ada yang lolos sampai ke final. Kalau jadi salah satu pemenangnya, wah… itu tentu lebih baik. ;)
Hari Minggu ini, kulihat pengumuman baru dari lomba itu. Menyatakan bahwa karya cipta peserta sudah masuk ke kotak surat panitia, dan tiba saatnya untuk penjurian. Wah… cepat kilat nih prosesnya. Tanggal 12 deadline ditutup, tanggal 14 masa penjurian, dan insya Allah tanggal 16 hasil penjurian akan diumumkan. Wah… jadi berdebar-debar nih. Karyaku akan masuk ke jajaran finalis atau nggak ya? Semoga....
Sunday, July 13, 2008
Saturday, July 12, 2008
Oleh-oleh dari Inggris
Thursday, July 10, 2008
Quote of the Day
Aristotle
What Smurf Am I?
Wednesday, July 09, 2008
Sebuah Kartupos
Terjemahan bebasnya kurang-lebih seperti ini:
Aku, Burung kecil dan Sang Punai
Walau kurentangkan seluas tanganku,
tak kan bisa aku terbang ke langit
burung kecil pun tak dapat menyamaiku,
jejak kaki ke bumi tak bisa kencang berlari.
Walau kutegakkan badanku segenap jiwa,
suara indah tak jua dapat kunyanyikan.
burung punai pun tak dapat menyamaiku
banyak lagu tak dia tahu.
punai, burung kecil, dan diriku,
semua berbeda, semua baik.
Monday, July 07, 2008
-
Hari Minggu pagi, pukul 3 dini hari, telefon berdering. Kupikir, pasti bukan kabar yang terlalu baik. Emergency, pasti. Pada intinya, kesimp...
-
Suatu siang di Kota Baru Parahyangan. Aku berada di kawasan niaga di tatar Ratnasasih. Kuparkir mobilku menghadap jalanan supaya memu...
-
Berawal dari keingintahunan tentang kisah dan cerita di balik benda koleksi orang-orang, kuusung tema koleksi ini untuk menjadi salah satu t...