oleh : Lukman Hakim
Nabi Muhammad SAW telah bersabda, ''Bila anak Adam meninggal, terputus (pahalanya) dan amalnya kecuali tiga hal, yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak yang shaleh dan mendoakannya.'' (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa'i, dan Ahmad).
Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti. Ungkapan ini dapat menjadi penyemangat hidup bagi setiap manusia. Untuk mencapai hidup yang berguna, berarti harus memiliki kualitas hidup yang mapan. Orang yang menjalani hidup berkualitas adalah mereka yang memiliki derajat kemuliaan, yakni orang yang memiliki tingkat ketakwaan yang tinggi kepada Allah SWT, melintasi usia, profesi, jabatan, keturunan, dan seterusnya. (Lihat QS Alhujurat (49): 13).
Dunia adalah jalan menuju akhirat; yakni sebuah tujuan akhir bagi kehidupan manusia. Bagi seorang Muslim, untuk menjadi orang yang berkualitas harus memadukan dua kehidupan ini (dunia dan akhirat).
Berdasarkan hadis di atas, terdapat tiga komponen utama yang harus dimiliki seorang Muslim, yakni aspek finansial (amal jariyah), aspek intelektual (ilmu yang bermanfaat), dan aspek spiritual (yang direpresentasikan oleh anak shaleh). Ketiga hal tersebut adalah simbol keberhasilan bagi seorang Muslim paripurna.
Setiap Muslim dianjurkan untuk mengombinasikan ketiga-tiganya dan tidak ada keharusan memilah ataupun memilih salah satu dari ketiganya. Menjadi intelek tidak harus lemah dalam hal spiritual dan finansial. Menjadi ahli ibadah tentu pula harus kuat intelektual dan finansial. Begitu pula menjadi orang kaya, harus intelek, dan ahli beribadah.
Dalam hadis lain disebutkan, ''Sesungguhnya dunia itu diperuntukkan untuk empat orang, yaitu (1) Seorang hamba yang dikaruniai oleh Allah rezeki dan ilmu, tetapi dia bertakwa kepada-Nya dan baik hubungannya dengan manusia serta mengetahui hak Allah dalam hartanya. Maka, orang ini merupakan kelompok manusia yang paling utama; (2) Orang yang diberi ilmu saja, tapi tidak diberi harta (yang banyak). Tetapi, dia mempunyai niat yang baik. Dia mengatakan, 'Seandainya aku mempunyai harta, pasti aku akan menggunakannya seperti yang dilakukan oleh si anu, maka dengan niat yang bagus itu keduanya sama dalam besar pahalanya; (3) Manusia yang diberi harta, tapi tidak diberi ilmu. Dia pergunakan hartanya semaunya tanpa ilmu.
Dia tidak bertakwa kepada Tuhan-Nya dan tidak baik hubungannya dengan sesamanya. Serta, tidak mengetahui dan tidak memenuhi hak Allah, maka orang seperti ini adalah manusia yang paling buruk kedudukannya. Dan, (4) Orang yang tidak diberi rezeki dan tidak pula diberi ilmu. Dia mengatakan, 'Jika aku mempunyai harta yang banyak, pasti aku akan melakukan seperti yang dilakukan oleh si anu, dengan niatnya seperti itu, kedua orang (terakhir) ini dosanya sama.'' (HR Ahmad).
Begitulah salah satu tuntunan Islam, agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
No comments:
Post a Comment