Tuesday, February 27, 2007

Kerudung ibu aneh...

Lagi-lagi penampilanku dikomentarin. Kali ini anak-anak yang 'protes'. Kemarin aku pake kerudung tanpa peniti dengan tepian bordir. Cantik sih (iya... kerudungnya :P), tapi karena aku nggak biasanya pakai kerudung begitu, jadi mengundang komentar. Ada yang cuma bilang aneh dengan penampilanku, tapi ada juga yang bilang nggak pantes. "Ibu mah pantesnya pake kerudung yang biasa aja..." (maksudnya, kerudung segi empat yang dilipat dua dan diberi peniti berjajar di depan dada). Haha... pangling kali, ya nak?
Beberapa waktu lalu, ketika acara camping Power Kid Camp, banyak guru putri yang berkerudung kaos praktis, dan anak-anak ribut berkomentar juga,"Bu, kenapa sih hari ini banyak guru-guru pakai kerudung anak-anak?" tanya mereka. Hahaha...! :D Bukan karena ukurannya yang mungil, lho, tapi karena kerudung kaos memang jadi 'trade mark'nya anak-anak dengan alasan kepraktisan, tentu. Tapi nggak salah kan kalau sesekali bu gurunya juga mengenakan kerudung serupa? ;)

Wednesday, February 21, 2007

Banjir Bandung

Pagi tadi, sudah sedikit 'berbangga hati', soalnya pergi cukup pagi dari rumah. Perhitungan di kepala, hari ini nggak akan telat-lah. Sempat disusul oleh motor yang dibawa bu Tika, dan aku bersiap 'balapan' nyampe sekolah, karena aku akan lewat jalan tol yang disambung dengan jalan layang pasupati. Cepat-lah kalau lewat sana. Tapi tak disangka tak diduga, usai jembatan kedua di lajur terusan buahbatu, antrian panjang kendaraan sudah nampak tak terlihat ujungnya. Panjang sekali!!! Tak mungkin mundur atau mencari jalan alternatif lain. Terjebak macet-lah. Perjalanan ke sekolah yang normalnya cuma makan waktu se-jam, kali ini kutempuh dalam waktu 2 jam 15 menit-an!!! Luar biasa. Itupun sudah ambil jalur tol, karena ruas jalan di simpang tol terlihat masih sangat padat. Kakiku sudah capek nginjak pedal kopling.
Merasa kesal pun percuma, sebetulnya, jadi 'kunikmati' saja perjalanan itu. Sempat-sempatnya mbaca beberapa kisah dari buku Chicken Soup for the Unsinkable Soul sambil maju sedikit-sedikit. Sempat kesal juga sih pada beberapa sopir lain dan pengendara motor... (yang banyak banget, main salip kanan-kiri dan ngalangin jalan!!!) yang menyalip lajur dan maksa untuk bertahan di lajur kanan, padahal itu lajur untuk kendaraaan dari jalur seberang! Lebih kesal lagi ketika dari dalam sebuah sedan berpelat nomor Jakarta, melayang sebuah kotak rokok kosong. Swish...! Seringan itu dibuangnya ke jalanan Bandung! Nggak kurang ajar tuh? Kupelototi juga tuh orang di balik kemudi itu. Sayang kacanya gelap.
Merokoknya saja sudah menzhalimi diri dan orang lain. Lalu, membuang kotak rokok ke jalanan, jelas-jelas memberi mudharat untuk orang lain. Bila satu kepala berpendapat aman-aman saja untuk membuang sampah seenaknya sendiri, maka tidak heran jika masalah sampah di Indonesia nggak selesai-selesai. Banjir nih jadinya.
Sebetulnya, rumah dan jalan yang tadi kulewati tidak tergenang air, tapi justru jalur lain (ruas jalan Palasari-Dayeuhkolot) yang kayaknya terendam, membuat kendaraan yang biasa lewat sana mencari jalan alternatif. Akhirnya tumpah-ruahlah kendaraan di ruas jalan terusan buahbatu yang biasa kujajal setiap hari. Macet total.
Ah... banjir akhirnya merambah Bandung juga. Bukan banjir bandang, mudah-mudahan. 'Cuma' banjir (di) Bandung. Semoga tak separah di Jakarta.

Monday, February 19, 2007

一日日本語

日曜日、DTで一日日本語があって、イタちゃんとあそこへ行く約束があった。Halah! Susah juga nih mau cerita dalam bahasa Jepang. Yah, pada intinya mah, aku akhirnya bisa menyempatkan datang ke acara itu. Jam 10-an datang, lalu langsung ikut gabung nonton presentasi DTNC (Daarut Tauhid Nihongo Club). Mestinya DTNK kali ye... (DT Nihongo Kurabu). Presentasinya ずっとインドネシア語でした。
Setelah itu pemutaran film yang jadul banget, yang teks dan dialog-nya lebih banyak nggak nyambungnya. Judulnya, Lion ... eh, Lion apa ya? Lion Heart, gitu? Tauk deh. Seusai nonton film itu, kita break shalat dan makan, lalu dijadwalkan masuk lagi ke ruangan jam 1-an. Akan ketemu dengan satu-satunya Nihonjin native speaker, Marutani sensei yang saat ini ngajar di UPI. Ita sebagai dosen muda di UPI juga 'ditembak' jadi pembicara. Eh, ternyata aku juga dijadwalkan ikut bicara di forum itu. Ditodong abis nih... Tapi ikutan alur acara aja deh. Ternyata, seneng juga kok. ;) Bukan cuma bicara, tapi juga diseling tanya-jawab yang seru. Senang bisa berbagi cerita dan pengalaman pada pendengar yang begitu bersemangat! Jadi ikut kebawa semangat nih. Hehe...
Usai acara dialog, dilanjut dengan demo pembuatan onigiri dan sushi. Aku dan Ita memisahkan diri untuk berdialog dengan Marutani sensei. Kabarnya beliau tidak fasih berbahasa Indonesia. Kita lalu ngobrol-ngobrol dikit bareng beberapa mahasiswa UPI lainnya. Seru juga, 会話の練習になるよ。頑張るぞ!

Friday, February 16, 2007

Jadikan aku Yang Kedua

dinyanyikan oleh Astrid, jebolan Cilapop 2006

Jika dia cintaimu
Melebihi cintaku padamu
Aku pasti rela untuk melepasmu
Walau kutahu kukan terluka
Jikalah semua berbeda
Kau bukanlah orang yang kupuja
Tetapi hatiku telah memilihmu
Walau kau tak mungkin tinggalkannya

Reff: Jadikan aku yang kedua
Buatlah diriku bahagia
Walaupun kau takkan pernah
Kumiliki selamanya

Nih lagu 'lucu' juga. Ketika lirik lagu lain biasanya bicara tentang keinginan untuk tak diduakan, mesti memilih, atau 'cinta tak harus miliki', eh... di lagu ini si gadis meni keukeuh banget pengen dijadiin yang kedua. Ada kali ya gadis kayak gitu sekarang ini (makanya dibikin lagunya)? Haha...

Wednesday, February 14, 2007

New Zodiac. Mine to be?

Pagi ini dengar berita dikit, tentang munculnya zodiak baru di tatasurya. Ophiuchus namanya. Ini mengakibatkan bergesernya beberapa zodiak lain, termasuk zodiak-ku. Aku yang 'terlanjur nyaman' sebagai seorang Sagittarian, sekarang harus 'pindah ke lain hati' ke zodiak baru, the Ophiuchus, the Serpent Bearer. Kayaknya kok rada 'ngeri' ya? Imej The Archer yang gagah mesti diganti oleh Serpent Bearer? Hehh.... kok gimana gitu ya? Nggak rela. Haha... (emang ada pengaruhnya?)

The Real Solar Zodiac Sun Signs:


Sun Sign Meaning Dates
01: Pisces the Fishes 12 Mar to 18 Apr
02: Aries the Ram 19 Apr to 13 May
03: Taurus the Bull 14 May to 19 Jun
04: Gemini the Twins 20 Jun to 20 Jul
05: Cancer the Crab 21 Jul to 9 Aug
06: Leo the Lion 10 Aug to 15 Sep
07: Virgo the Maiden 16 Sep to 30 Oct
08: Libra the Scales 31 Oct to 22 Nov
09: Scorpius the Scorpion 23 Nov to 29 Nov
10: Ophiuchus the Serpent Bearer 30 Nov to 17 Dec
11 Sagittarius the Archer 18 Dec to 18 Jan
12: Capricornus the Sea Goat 19 Jan to 15 Feb
13: Aquarius the Water Carrier 16 Feb to 11 Mar

Monday, February 12, 2007

Fresh Face

Beberapa kali, Nadia, Pipim dan Dilla, anak-anak kelas 6 menyapaku hangat. Ceria, malah! Mereka bilang, senang lihat wajahku yang segar selalu. Ooo... what a compliment. I don't know whether it's sincere or not. Karena setelah itu, Nadia akan berkomentar sambil tertawa-tawa,"Nggak kayak mukanya dia nih, bu." ujarnya sambil menunjuk teman di sebelahnya. Hush!
Tapi wah..., aku tersanjung dong. Masa iya dibandingkan dengan muka kanak menjelang remaja sebaya mereka, mukaku dibilang segar? Padahal, lagi banyak problem juga nih yang rasanya cukup bikin wajah jadi kuyu. Tapi kata-kata mereka bikin hariku jadi lebih segar. Thanks to those fresh faces, my lovely students.

Saturday, February 10, 2007

What Are You to Me?


I got this message a couple of years ago, and I found it is still beautiful to be thinking about. What am I to you, and in contrary, what are you to me?

A REASON, A SEASON, OR A LIFETIME?
Pay attention to what you read. People come into your life for a reason, a season, or a lifetime. When you figure out which one it is, you will know what to do to each person.
When someone is in your life for a REASON. . . It is usually to meet a need you have expressed. They have come to assist you through a difficulty, to provide you with guidance and support, to aid you physically, emotionally, or spiritually. They may seem like a godsend, and they are! They are there for the reason you need them to be. Then, without any wrongdoing on your part, or at an inconvenient time, this person will say or do something to bring the relationship to an end. Sometimes they die. Sometimes they walk away. Sometimes they act up and force you to take a stand. What we must realize is that our need has been met, our desire fulfilled, their work is done. The prayer you sent up has been answered. And now it is time to move on.
Then people come into your life for a SEASON. Because your turn has come to share, grow, or learn. They bring you an experience of peace, or make you laugh. They may teach you something you have never done. They usually give you an unbelievable amount of joy. Believe it! But, only for a season.
LIFETIME relationships teach you lifetime lessons: Things you must build upon in order to have a solid emotional foundation. Your job is to accept the lesson, love the person, and put what you have learned to use in all other relationships and areas of your life. It is said that love is blind but friendship is clairvoyant.
Thank you for being a part of my life.

Thursday, February 08, 2007

Guru Piket

Nggak bermaksud mengeluh, tapi hari ini betul-betul capek. Beberapa orang guru tidak masuk sekolah dengan beberapa jam mengajar yang ditinggalkan. Dua di antaranya tidak meninggalkan tugas untuk anak-anak, dan masing-masing meninggalkan 4-5 jam pelajaran untuk diisi. Sebagai guru piket, aku mesti masuk kelas dong untuk mengisi kekosongan itu. Cukup menguras energi karena jadwal kegiatanku hari berubah drastis, bertambah padat! Ketika masuk kelas lain, misalnya, aku harus berupaya lebih keras untuk menyatukan konsentrasi anak-anak itu. Maklum deh, aku adalah guru yang tidak biasa mengajar mereka, jadi aku perlu ‘cuap-cuap’ dengan mengerahkan energi ekstra untuk meraih perhatian mereka, bahkan agar mereka mau masuk kelas… saja dulu. Ada saja anak yang ngeyel dan ngotot ingin semaunya mereka.
Sementara itu, sudah sepekan ini aku jadi 'single parent' di kelas. Partnerku sakit, nggak masuk sekolah. Batuk, komplikasi dengan sakit kepala. Katanya dua hari lalu sudah siap berangkat ke sekolah, tapi sakit kepala menjadi. Mungkin karena teringat anak-anak yang akan dihadapi, sakit kepalanya jadi kumat. Haha...! Cepet sehat ya bu.
Sementara itu, kelas 3 sedang menyelenggarakan ‘hajatan’, fashion show, sesuai dengan tema pembelajaran mereka di awal semester 2 ini. Bolak-balik ke ruang guru dan kelas, masuk kelas satu dan yang lain, membimbing anak-anak belajar di kelas (yang bolak-balik minta dijelaskan kembali, yang sibuk bercanda dan perlu ditenangkan, dsb dsb), menyempatkan nonton fashion show sebentar, lalu kembali ke rutinitas harianku, mengisi tumpukan buku penghubung, memandu kegiatan shalat dan makan siang, 'menyemangati' anak-anak untuk makan sayur, mengingatkan mereka untuk menghabiskan makanan di piring mereka, lalu pergi ke masjid untuk shalat dzuhur, menyempatkan diri untuk mengaji sedikit. I need oase. Disambung lagi dengan mencari info untuk acara KBM lapangan nanti, persiapan rapat level, ah... 'kekuatan' level IV selalu tak bisa penuh nih. Tahu-tahu, pimpinan sekolah ngajakin rapat lain. Rapat level dibatalin deh. Eh... tahu-tahu rapat bareng pimpinan juga batal. (Nggak nyesel, malah bersyukur. Paling tidak, aku tak perlu menguras energi cadanganku untuk kegiatan itu. Be grateful with it!)
Kegiatan hari ini betul-betul menguras energiku. Nggak biasanya seperti ini.

May tomorrow be better.

Wednesday, February 07, 2007

Penelefon Misterius Lagi

Lewat tengah malam, penelefon misterius beraksi kembali. Membangunkan aku dari tidur. Kali ini kubiarkan telefon bisu selama beberapa waktu, karena dari seberang tidak terdengar suara apapun. Kutanya berkali-kali pun tidak juga ada tanggapan. Beberapa waktu kemudian, dia ber-hallo.
“Diah ya?” tanyanya.
“Iya. Dengan siapa ini?”
“Diah?” tanyanya lagi.
“Iya. Maaf, ini dengan siapa?” dia tetap nggak mau njawab. Cuma itu saja ‘perbincangan’ kami. Akhirnya dia menutup telefon. Aku tidak (perlu) penasaran. Tidak perlu juga merasa kesal. Kebetulan, aku perlu mencari artikel tentang kain tradisional dan menyiapkan beberapa barang untuk kubawa ke sekolah. Setelah urusanku selesai, tanpa ‘merasa berdosa’, aku tidur lagi aja. Penelefon misterius? Nggak perlu ‘dibawa’ serius.

Aki... kenapa?

Pulang bada maghrib dari sekolah. Sepi. Semua kelas sudah kosong. Pelataran parker di halaman SMP lengang. Hanya tersisa satu espass merah hati dan kijang-ku. Hujan mulai turun satu-satu.
Kuputar kunci kontak untuk menyalakan mesin. Ceklek! EHH!! Mesin tidak mau menyala. Coba lagi. Kcklek! Wah, beneran mesin mobil nggak bisa hidup. Waduh… alamat mesti didorong nih.
‘Gaya’, kucoba membuka kap mesin dan mengutak-atik aki mobil. Air aki masih cukup. Sambungan kucek juga dan kubersihkan. Tempat busi bahkan kucoba buka dan tutup lagi dengan lebih kencang. Hasilnya, masih nggak bisa hidup.
Kutelfon kakak ipar, menanyakan mekanisme mendorong mobil efektif. Harus di gigi dua, itu pesannya. Wah… aku gentar juga. Mesti minta tolong tenaga satpam di atas nih. Akhirnya dengan menebalkan muka aku minta bantuan mereka. Kebetulan, pak Dede –salah satu satpam sekolah- katanya ngerti mesin dan bisa mengemudi juga. Paling tidak, dia aja deh yang pegang setir. Aku ikut mendorong saja, pikirku saat itu. Kap mobil sempat dia buka lagi, otak-atik sedikit, nggak beda dengan yang kulakukan, dan hasilnya… tok cer! Mesin langsung menyala. Alhamdulillah. Tidak perlu ada aksi dorong-mendorong di malam gerimis itu.
Pulang, yang tadinya mau mampir ke warnet, batal deh. Mampir do pom bensin pun pakai acara ‘gentar’, takut aki mobil ngadat lagi. Untungnya tidak. Hm… katanya sih, jepitan akinya kurang kuat. Masalahnya cuma itu kok. Wah, rupanya tetap perlu tenaga pria ya untuk mengencangkan kaitan aki. Hihi…

Tuesday, February 06, 2007

Am I Happy Being Single?

It said...
You Are Pretty Happy Being Single
(Oh really? Am I? I just want to enjoy my life, don't have to bother with my marital status. Doesn't mean that I don't care with it, just don't want to think about it much. I just live my life, let it flow. and let the best come to my life. ;) )
You have a full, fun life. And you definitely don't need love to be content.
Of course, being single can get you down a little. Especially when you've been single for a while.
But you know how to be patient and wait for the right person. You're life is too good to settle for anything!
There's still another...
Dear Diah,
Here is your single's love horoscope for Monday, February 5:

Being single suits you just fine at the moment, particularly because anyone trying to tell you what to do (or even making suggestions) is liable to drive you nuts. Relish your independence!

Monday, February 05, 2007

Kisah Sabtu, 3 Februari 2007

Mesti datang ke sekolah. Ada pelatihan dasar perkoperasian untuk guru dan karyawan SaF. Sampai sekitar tengah hari. Kita shalat dan makan di sekolah, udah jam satu lewat nih. Padahal ada undangan acara walimah nikahnya bu Wulan, seorang guru SMP Salman.
Teman-teman saling tanya, apa mau datang ke acara walimahnya bu Wulan? Aku agak ragu. Terus terang, aku merasa lebih dekat dengan kakaknya, Ita, yang sempat ketemuan dan jalan bareng di Jepang dulu. Padahal, Wulan ini rekan guru di Salman juga. Selain itu, aku punya janji lain dengan Ita (bukan Shaumi Ita kakaknya Wulan, tapi Rosita adiknya Evi. Nah, pusing ya?). Aku mau minta tolong dibacain surat dari Okaa-san Miyazaki yang baru ngirim oleh-oleh. Sebetulnya secara umum, aku ngerti isi suratnya, tapi ada beberapa huruf kanji yang tak terbaca. Sekalian bagi-bagi oleh-oleh dikit dari Okaa-san. Tabemono bakari, sukoshi shikanai kedo… Habis itu, kita ke pameran buku di Landmark yuk…! Begitu ajakku. Dia mau aja.
Sebetulnya, bu Tika dan bu Westri juga rencana awalnya mau ikut ke pameran buku, tapi ternyata nggak ketemu (da emang mereka mah nggak jadi pergi ke sana. :P) Ya akhirnya cuma aku dan Ita yang pergi. Hari Sabtu di pameran buku, pengunjung padat! Sempat beli 4 buku saja di arena pameran. Soal harga kayaknya nggak jauh beda deh sama Palasari. Di Palasari malah dapat bonus disampulin. Jadi kayaknya, lain kali aku beli bukunya ke Palasari aja deh.
Pulang dari pameran buku, mampir jalan-jalan sebentaran di Braga City Walk. Sekedar muasin rasa penasaran aja. Kayak apa sih suasana di sana? Ya… semacam tempat perbelanjaan elit gitu deh. Aku cuma mbeli strap handphone bentuk bunny. Lagi pengen aja. Daripada beli karakter monokuro boo (si babi item-putih yang lagi ngetren)? Mendingan beli kelinci imut. Aku nggak fanatik dengan ikon tahun baru cina yang katanya sekarang masuk tahun babi. Biarpun shio-ku babi, aku nggak merasa perlu melengkapi diri dengan pernak-pernik binatang itu, walaupun sedang ngetren sekalipun, diiming-imingi diskon khusus sekalipun! Aku nggak tertarik. Sekarang ini aku lagi suka kelinci. Jadi ingat boneka kelinci berbulu lembut yang dijual di area 6000-an di supermarket Griya. Jadi pengen mbeli… Hehe…;)

Thursday, February 01, 2007

Batal Ditilang

Dari sekolah udah nggak enak hati. Entah kenapa. Ashar, sajadah sempat basah air mata. Kuputuskan, langsung pulang saja, atau mampir di warnet sebentaran.
Di persimpangan dekat hotel Horison, sudah setengah jalan menuju rumah, lampu lalu lintas rasanya tak memihak padaku. Sudah dua kali berganti hijau, aku belum juga kebagian jalan. Be-Te berat jadinya. Untuk yang ketiga kalinya, ketika aku sudah di ujung perempatan, lampu berganti merah. Ah, tanggung... pikirku. Mundur sudah tak mungkin, ngerem mendadak juga susah (makanya, Dee... kalo lampu sudah kuning, perlambat laju kendaraan!)
"Priit!" tidak nyaring sih suara peluit sang polantas yang sedang bersiap di seberang, tapi jelas terdengar di telinga yang sedang gundah ini. (ada ya, telinga gundah? hehe...)
'Wah, kena deh.' dengan patuh aku menepi. Pak polisi menghampiri.
"Sore, bu. Sedang buru-buru?"
"Tidak sih pak. Dalam perjalanan pulang." jawabku. Dimintanya SIM dan STNK. No problem with it. Surat-surat lengkap dan legal.
"Ada waktu untuk ditilang, bu? Sidang ke pengadilan?" tanyanya lagi. Wah, bisa pake prosedur lain kan untuk bayar denda tilang? Jangan sangka saya mau 'jalan damai'. Kupindahkan parkir mobil di jalan depan. Sedikit. Lalu kuhampiri polisi yang tak sempat kuperhatikan nametag-nya.
Lalu terjadilah dialog berputar-putar. Dia tak mau menyebutkan berapa denda yang harus kubayar karena aku sudah melanggar lampu lalu lintas. Dia bilang, "Terserah ibu saja." LHO, kok begitu? Bertahun lalu, aku pernah juga ditilang polisi (padahal kesalahanku mestinya bisa ditolerir. tapi itu cerita lain), dan disodori tabel jenis pelanggaran lalu lintas beserta jumlah denda yang harus dibayar. Dulu itu, sebetulnya, aku juga nggak salah-salah amat, tapi polisinya ngotot aja. Aku yang nggak mau memperpanjang soal, akhirnya ya mesti mau ngalah dan mbayar denda ke bank, lalu menukarkan bukti pembayaran denda dengan SIM yang sudah cacat kena staples.
Kali ini, aku juga bersikeras dengan prinsipku. Bila aku melanggar peraturan, sebagai warga negara yang baik, ya harus mau terima konsekuensi. Aku mau bayar denda, tapi mesti jelas dong. Berapa? Males berdebat kali, si polisi bilang,"Daftarnya ketinggalan di kantor." Aku nggak mau terima alasan itu. Nggak bereaksi, aku duduk mematung di seberangnya.
Akhirnya setelah menarik napas panjang beberapa kali, kubilang,"Wah... ini memang sudah nggak enak hati sejak dari tempat kerja. Rupanya firasat mau ketemu bapak kali, ya?"
"Memangnya kenapa?" si bapak rada nyolot juga.
"Maksud saya, saya emang harus kena tilang kali. Menggenapkan masalah yang terjadi di tempat kerja." Aku nggak bermaksud cengeng, tapi mataku berair juga. Si pak polisi, entah sebel entah mangkel, entah putus asa karena aku tak juga mau 'berdamai', akhirnya menyerahkan SIM dan STNK-ku kembali.
"Ya sudahlah, ini, saya kembalikan (SIM & STNK-nya). Ibu punya masalah dengan orang lain, biar saja deh, saya ridho (tidak menilang ibu)" LHO lagi! Aku masih ngotot di situ. Kubilang, aku tahu aku salah, sudah melanggar lampu merah, dan aku mau bayar denda. Tapi berapa? Yang jelas dong! Sebutkan angka, biar kubayar via bank, dan menyelesaikan urusanku lainnya.
Tapi akhirnya dia 'melepaskan' aku. Dia bilang lagi,
"Sudahlah bu, pergi saja. Kalau sampai atasan saya lewat sini dan melihat ibu (berlinang air mata begini), nanti saya disangka ngapa-ngapain, lagi." Aku jadi pengen ketawa juga, dikit. Aku lalu sibuk merogoh tas-ku. Nyari tissue, nggak ketemu!
Yah... akhirnya aku pergi saja deh. Kubilang pada pak polisi,"Semoga urusan bapak dimudahkan." Eh... dia kelihatannya sebel lagi.
"Maksud saya, pak. Hari ini bapak sudah memudahkan urusan saya, semoga urusan bapak juga diberi kemudahan." Aku kemudian berlalu. Dia juga sempat bilang,
"Yah, saya juga mau mengatur lalu lintas lagi. Masih banyak yang melakukan pelanggaran." NAH itu, pak! Aku bukan satu-satunya pelaku pelanggaran (dan itupun karena aku dalam kondisi gundah, bukan pelanggar lalu lintas rutin).
Ah, sudahlah. Aku pergi. Masih kesel. Jadinya pengen nangis!!! Akhirnya kujalankan kendaraan pelan-pelan. Pasang kacamata hitam, lalu membiarkan airmata kesalku turun satu-satu. Lama-lama, jalanan gelap juga ya? Hehe... Namanya juga sudah menjelang maghrib, ya gelap-lah. Kubuka kacamata hitam. Biarlah, orang lain tak akan melihat mata sembabku. Nyampe rumah, segera cuci muka, shalat, dan tidurr...! Batal mampir ke warnet, tapi batal ditilang juga kan...? ;)

Penelefon Misterius

Dini hari, telefon genggam yang kusimpan di samping bantal ‘bernyanyi’. Nyaring. Kulirik jam dinding sebelum meraih Samsung bermodel candybar itu. Jam 1 lewat 15 menit-an. Hmm… Kulirik tampilan layar handphone-ku. Unknown. Tak ada nomor apapun di sana yang menunjukkan identitas sang penelefon.
“Halo…?” netral sapaan pembuka yang kuberikan. Siapa tahu dari Barbara?
“Halo. Diah ya?” Eh??? suara bariton terdengar dari sambungan telefon di seberang.
“Betul. Siapa ya ini?” tanyaku keheranan sendiri. Siapa sih yang nekat menelefon aku lewat tengah malam begitu? Rasanya, aku nggak memberikan nomor telefonku kepada sembarang orang. Laki-laki, pula! Dia tak mau menjawab pertanyaanku.
“Belum tidur atau jadi terbangunkan?” hmm…
“Jangan nanya dulu. Saya yang lebih dulu bertanya, berarti kamu harus jawab dulu dong.” Eh… dia cengengesan.
“Tebak aja deh.” ‘tawarnya’. Wah… aku sama sekali nggak bisa menebak siapa penelefon misterius ini. Kucoba telusuri.
“Bukan orang pulau Jawa ya?” dia bilang, asalnya dari Jawa (Barat, kalo nggak salah ingat), tapi sekarang sedang tidak di Jawa.
“Temen chatting, bukan?” tanyaku lagi. Tapi rasanya sudah lama juga aku nggak chatting sama orang Indonesia, apalagi yang kuberi nomor telefon. Dia memang men-tidak-kan.
“Siapa sih ini? Ayo, mesti tanggung jawab! Sudah mbangunin dari tidur lewat tengah malam begini, mesti ngasih tahu identitas dong..!” desakku. Eh, dia keukeuh nggak mau ngasih tahu.
“Emangnya jam berapa di sana?” tanyanya lagi.
“Jam satu lewat!” ujarku rada sewot.
“Di sini sih baru jam delapan.” Katanya. Enteng aja.
“Di mana tuh? Arab ya?” ketika kukalkulasi perbedaan waktu antara Indonesia dan … negara mana ya yang berbeda 5 jam?
“Sudah, tidur lagi aja!” Katanya. Hh… dia tetap tak mau mengungkap identitas dirinya. Aku tak punya pilihan lain selain tidur lagi. Sempat penasaran dan jadi kepikiran sih… tapi ngapain juga mesti sibuk mikirin itu dan jadi susah tidur? Rugi amat. Jadi, siapapun dirimu hey penelefon misterius, sayang-sayang pulsa deh. Nggak usah mbela-belain nelfon tengah malam buta kalau cuma untuk mbangunin orang tanpa guna. Mendingan ikutan tahajjud call. Cukup dengan miscall, berpahala mbangunin orang untuk mengingatkan shalat malam.

Koleksi Memori