Sunday, December 30, 2007
About Friendship
Quote of the Day
Saint Thomas Aquinas
Seharian Bersama Teman
Monday, December 24, 2007
Laskar Pelangi
Setelah kumiliki, buku itu sempat ‘kutelantarkan’ beberapa saat, tak terbaca. Ketika akhirnya kumulai membaca, aku tak mau memulainya dari beberapa komentar orang terkenal yang sudah membaca buku itu. Aku tak mau ‘terlenakan’ oleh pendapat mereka, dan takut kecewa bila ternyata buku itu tak sebaik yang kusangka. Maka aku mulai membaca dengan ‘pikiran kosong’, hanya tahu bahwa orang-orang bilang itu buku bagus. Tapi seberapa bagus? Itu yang aku ingin tahu.
Belum lagi separuh jalan kubaca, baru sampai bab 14 dari keseluruhan 34 bab, atau tepatnya sampai halaman 159 dari total 494 halaman (ditambah dengan uraian penjelasan yang cukup mendetail alias glosarium dari berbagai istilah ilmiah yang dipakai dalam buku itu), wow... aku setuju dengan pendapat orang-orang. Ini buku bagus. Pilihan kata-katanya tepat, berpadu serasi bahkan dengan istilah-istilah asing yang terasa ‘meninggi’ (tapi kemudian dijelaskan dalam glosarium di akhir buku ini). Konflik di dalamnya sangat alami dan membumi, walaupun kita tahu bahwa itu terjadi di ‘dunia lain’, tapi nyata terjadi, bukan fiksi yang dikarang asal-asalan tanpa logika yang masuk akal.
Sebagai orang yang juga suka menulis, aku merasa bahwa kualitas tulisan-tulisanku (bahkan yang sudah dipublikasikan sekalipun) masih terasa sangat dangkal jika dibandingkan dengan isi buku itu. Tulisan-tulisanku masih berupa curahan hati yang mungkin tak berguna untuk orang lain, hanya sebagai sarana menumpahkan unek-unek buah pikiranku, agar tidak mumet sendiri. Tulisan-tulisan yang ‘kusisipi muatan pesan’ masih belum bisa menembus seleksi redaksi media cetak. Mungkin caraku mengemasnya yang masih terlalu biasa. Tentu saja... aku masih harus banyak belajar. Salah satunya, dengan banyak membaca, tentu saja (dan menulis juga. Jangan putus asa...!)
Lebih jauh lagi, aku makin kagum ketika kuketahui bahwa sebagian besar kisah yang diceritakan dalam buku ini merupakan kisah nyata perjuangan mendapatkan pendidikan yang berharga, dan perjuangan menghargai pendidikan, dari orang-orang kampong di belahan Belitong sana. Subhanallah... Membuatku merasa kecil sebagai ‘orang kota’ yang mungkin agak terlenakan oleh sarana pendidikan yang relatif serba ada. Perjuangan mereka mengobarkan kembali semangatku untuk juga ikut berjuang menorehkan sejarah pendidikan di Indonesia ini. Mungkin hanya sedikit yang kuberikan, tapi semoga kontribusi kecil ini dicatat sebagai amal shalih oleh Allah SWT. Amiin.
Saturday, December 22, 2007
Lestari
Cinta di mana…
Kasih serupa kasih ibunda
Tulusnya, belainya, kan selalu sepanjang masa
Cinta di mana…
Jawabnya tiada yang setara kasih bunda
Ibunda, lagu sederhana tercipta
dari hati tanda kasih ananda
Bunda, doa bahagia selalu bersamamu
lestari bagai kasihmu
Sorga di mana…
Takkan henti sampai kubersua
Nirwana bertahta di telapak kaki ibunda
Sorga di mana…
Jawabnya berada dalam rela bakti nanda
Ibunda, maafkan diriku yang selalu
Menyusahkanmu hingga dewasa
Bunda, doa bahagia selalu bersamamu
lestari bagai kasihmu
persembahan istimewa sebagai tanda kasih di hari ibu)
Thursday, December 20, 2007
Idul Adha Tahun ini
Sampai di sekolah, ternyata area sekolah sudah ramai. Setelah mondar-mandir sana-sini, aku akhirnya ‘ngetem' di pos pencacahan daging. Berbekal celemek lengan panjang dan pisau sendiri, ‘senjata’ yang kubawa dari rumah, aku bergabung dengan ibu-ibu yang bersemangat sekali memotong-motong daging kurban jadi potongan-potongan kecil. Awalnya kita diberi instruksi agar memotong daging dalam ukuran kecil-kecil. Tapi tentu saja perlu waktu lama, sedangkan pisau-pisau kami harus diasah berulang kali. Instruksi berikutnya kami diminta memotong daging dalam potongan yang tidak terlalu kecil, salah satu tujuannya tentu saja supaya kami tak perlu waktu yang terlalu lama agar potongan daging itu bisa segera berpindah ke pos berikutnya, penimbangan dan pembungkusan paket qurban. Ditimpali canda-tawa rekan-rekan AIS dan KBP, capek rasanya tak terasa. Aroma kuat daging yang menguar di sekitar kita juga sudah tak lagi diprotes indra penciuman. Kebas, hidung kita rasanya.
Lepas tengah hari, aku di-tek Pury untuk berkendaraan bersamanya, mengambil jatah makan siang kita yang dipesan dari katering langganan kita. Hm... Paket makanan itu berupa nasi dan lauk-pauknya, termasuk kuah sate dan gulai dalam panci yang tak henti berguncang sepanjang perjalanan singkat menuju sekolah. Perjuangan mengemudi kendaraan kali ini rasanya jadi ujian kesabaran buatku. Hehe... Yang biasanya memacu kendaraan di jalanan lengang Kota Baru Parahyangan, kali ini harus puas dengan kecepatan rendah untuk menjaga kuah gulai tetap di dalam panci. Alhamdulillah... sukses.
Tak lama selepas tengah hari, seluruh rangkaian kegiatan Idul Adha tahun ini usai. Mulai dari penyembelihan, pengulitan, potong daging, cacah tulang, olah jeroan, menimbang, membungkus dan mendistribusikan, selesai sudah. Makan siang sudah tersedia dengan menu beragam. Alhamdulillah. Lelah hari ini terbayar rasanya. Tinggal menyisakan bau kambing yang lekat tak mau meninggalkan badan. :) Semoga semua waktu dan tenaga teman-teman, pengorbanan para pekurban, juga pengorbanan semua kambing yang (sukarela atau terpaksa) mengakhiri hidupnya hari ini, diganjar dengan pahala berlipat oleh Allah SWT. Amiin. Selamat Hari Raya Qurban 1428 H. Sampai berjumpa di kesempatan mendatang. Insya Allah.
Wednesday, December 19, 2007
Quote of the Day
Mike Krzyzewski
Liburan? Ngapain ya...? (2)
Tuesday, December 18, 2007
Liburan? Ngapain ya...?
Pengennya sih, ketemu temen-temen lama dan bincang-bincang seru. Sayangnya, rata-rata sekolah lain justru belum masa liburan. sms-an sama teman, mereka masih pada sibuk mengolah nilai. Mereka belum lagi bagi rapor. Mau bertandang ke tempat mereka kok rasanya nggak sopan ya, dan pastinya mengganggu ritme kerja mereka. Jadi Be-Te aja, serasa libur sendiri. Nggak seru banget deh. Baru kali ini liburan nggak seru. :(
Wednesday, December 12, 2007
Lembayung Senja Hari
Beberapa waktu yang lalu, ketika kulewatkan sore menjelang malam di sekolah, kulayangkan pandang sekilas ke luar jendela, menatap langit di kejauhan. Terpaku mataku memandang langit sejauh mata memandang. Subhanallah... ketika langit berubah warna, berhias jingga, merah dan hitam. Duhai... indahnya ciptaan Allah.
Warna-warni dunia. Maha Suci Sang Pencipta. Segala puji bagi-Nya yang telah memberi kenikmatan. Mata untuk menikmati warna-warni dunia yang begitu indah... kulit untuk menikmati sejuknya udara menjelang malam ini... organ tubuh yang alhamdulillah masih optimal untuk menikmati oksigen. Gratis, pula. Dan masih begitu banyak nikmat-Nya yang tercurah bagi kita, makhluknya, yang kadang bahkan tidak kita 'sadari' keberadaannya. Ampuni kami ya Allah...
Tuesday, December 11, 2007
Wisata Kidzania
Perjalanan kita sempat terhambat karena ada 2 kecelakaan (!!!) di jalan tol. Truk yang berguling dan melintang di jalan membuat arus lalu lintas terhambat, merayap pelan bahkan sempat terhenti. Untungnya, ada hiburan 'radio amatir' dengan penyiar tunggal Mr. Insan, yang membawakan dongeng tentang binatang-binatang, wawancara dengan anak-anak peserta wisata, diseling dengan 'iklan' yang dibawakan Ms. Tri, juga lomba nyanyi 'Sedang Apa' yang dipandu Ms. Dee. Perjalanan jadi terasa seru dan tidak membosankan.
Sampai di area Kidzania, sudah agak siangan, sekitar jam setengah 11-an deh kalo nggak salah. Sempat ‘gamang’ juga sesampainya di sana. Ngapain dulu ya, baiknya? Sebetulnya asyik juga tuh main-main di Kidzania, walaupun orang dewasa sih nggak bisa menikmati semua wahana di sana. Cuma ngelihatin, motret-motret sana-sini, nganter anak-anak, ikutan ngantri, dan ya... kebagian capeknya. Haha...!
Kidzania tuh sebuah kompleks bermain sambil belajar yang... sebetulnya tidak terlalu luas, tapi seru dong kalau bisa ikut berpartisipasi di sana. Sayangnya, karena keterbatasan waktu (sesi awal dibatasi sampai jam 2 siang), nggak banyak juga yang bisa diikuti anak-anak. Di awal kedatangan, mereka menguangkan cek yang didapat dengan mata uang kidzos yang berlaku hanya di area Kidzania. Anak-anak yang berada di bawah pengawasanku sempat jadi ‘kuli bangunan’ dulu, ‘digaji’, lalu mencari tempat lain untuk membelanjakan uang mereka. Konsep berusaha dulu baru bersenang-senang betul-betul diterapkan di sini. Mereka tidak hanya membelanjakan uang, tapi juga berusaha mendapatkannya. Selain ‘jadi kuli bangunan’, lokasi lain yang sempat kita tengok adalah pabrik permen, coklat, wafer, dan mi instan. Tentu saja mereka dapat kompensasi berupa produk buatan tangan mereka sendiri. Wah... senangnya... gurunya juga mau lho. Hihi... Jadi kepikiran untuk mbawa ponakan-ponakanku ke sana. Kapan-kapan kali ya.
Sunday, December 09, 2007
Sedap malam
Kumulai langkah dengan basmalah, semoga Dia rela, beriku mudah
Serahkan urusanmu, pasrahkan masalahmu
Pada Tuhan Yang Kuasa, agar tenang hatimu
Kuakhiri hari dengan hamdalah, semoga esok lebih indah.
(sebuah lagu yang kugubah)
Wednesday, December 05, 2007
Tuesday, December 04, 2007
Kecelakaan di Jalan Tol
Ah... akhirnya aku bisa menyalip bus lambat itu dan memacu kijangku sedikit lebih cepat sampai masuk gerbang tol Bubat. Setelah mengambil tiket tol, segera kupacu Kijang-ku secepat mungkin. Tapi apa daya... 2 km sebelum gerbang tol Pasir Koja, sebuah kecelakaan nampak di depan mata.
Baru terjadi, rupanya, walaupun tak kulihat pengemudi ataupun penumpangnya ada di mana. Sebuah sedan hitam kecil menerobos pembatas jalan dan tersuruk ke rimbunnya pohonan di sana. Agak menghalangi lintasan jalan. Hidungnya agak penyok, kelihatannya. Sedangkan di kiri jalan, sebuah truk dengan ekor penyok sedang dipandangi oleh... mungkin pengemudinya. Sebuah mobil patroli JasaMarga memacu kendaraannya dari arah berlawanan menuju lokasi kecelakaan. Laju kendaraan agak melambat di ruas jalan itu, membuatku jadi terlambat juga sampai di sekolah.
Sempat melamunkan hal-hal lain sih, misalnya mau memotret lokasi kejadian (sok banget ya? lagi nyetir, gitu lho... hehe...) Tapi ya sempat takut juga, gimana kalau aku... ih... na'udzubillaahi min dzalik. Segera kukembali berkonsentrasi ke jalanan di depanku. Semoga Allah melindungi perjalananku. Amiin.
Bismillaahi majreeha wamursaaha innaRabbi laGhofuururRahiim.
Monday, December 03, 2007
Murid-muridku...
Kita juga saling bertukar cerita tentang beberapa hal. Teman-teman seangkatannya, entah ada di mana sekarang ya. Iqbal, kabar terakhir si abang ini, dia terpilih jadi salah satu finalis pemuda ASEAN. Entah sejenis pemilihan apa juga sih, persisnya. Tapi itu kupikir sebuah pencapaian yang positif. Wahyu, kuliah di ITB, Da-a juga kabarnya begitu. Luthfi juga, jadi seniman (atau desainer?), kuliah di FSRD. Wah... jadi adik kelasku, nih. ;) Sashi dan Hanum, kabarnya juga kuliah di ITB, di sekolah manajemen bisnis, padahal Hanum sempat kuliah sastra Jepang, tapi putar haluan ke bisnis. Rahma bilang, dia pernah ‘ketemu’ Sandhy di komunitas friendster, dia sekarang kuliah di Undip atau ITS, nggak begitu pasti. Vivin, yang sempat ikutan program AFS ke Amrik sono, sekarang kuliah di mana ya? Hanan, asyik-asyik berkegiatan senat sampai sempat jadi kandidat ketua. Siapa lagi? Arki, si juara bidang IPA ini, apa kabar nih...? Firdhan, Safir, Prima, Luqman, Revi, Sari, wah... tak terabsen semuanya. 35 murid di angkatan mereka ini, sudah entah di mana mereka sekarang. Kalau ada reuni, undang bu Didi ya? ;) Ditungu lho...!
Beberapa waktu sebelumnya, Iqbal Ariefandi yang sekarang juga kuliah di ITB tahun pertama sempat mengontakku via pesan pendek. Dia diundang SD Salman dalam rangka pembekalan murid kelas 6 yang akan menghadapi ujian. Tak didapatinya aku di sana membuatnya bertanya-tanya. Tapi pertanyaannya dong... “Ibu sudah nggak di Salman lagi ya? Wah, makin sedikit aja nih guru sepuh di Salman.” Haa??? Guru sepuh? Aku? Hm... Kenapa nggak bilang guru senior aja sih? Guru sepuh tuh kesannya sudah uzur deh... Hehe...
Tadi malam, satu panggilan telfon tak terjawab. Kukirim pesan pendek untuk meminta si penelfon ‘mengenalkan diri’ dan menyampaikan maksudnya. Terbalas. Ternyata Gita, murid kelas 6 Salman sekarang. Hanya bertanya apa kabar, dan berbalasan sebentar. Ah... kangen sekali pada mereka. Ingin kembali rasanya. :) Titip salam saja untuk semua teman-teman seangkatanmu. Selamat menempuh ujian akhir semester. Insya Allah akan dimulai hari ini. Selamat belajar, semoga sukses ya! Doakan bu Diah juga...!
Senang sekali bahwa mereka masih mengingat aku, setelah sekian lama ‘berpisah’. Senang juga bahwa aku pernah ikut ambil bagian dalam proses perkembangan mereka menuju dewasa, menjadi manusia yang berguna. Insya Allah.
Sunday, December 02, 2007
The Decision
Laa hawla wa laa quwwata illaa bilLaah.
Ihdinashshiraatal mustaqiim.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Thursday, November 22, 2007
Wednesday, November 21, 2007
What My Destiny Holds
The days to encounter what my destiny holds are approaching!
The softness spoken by a heart
From a single soul were we created
To strive in His way hand in hand
Oh Allah! give me the grace this day, to say,
The Need to Love Someone, is that Wrong?
It's the day-in and day-out chronicle of irritations, problems, compromises, small disappointments, big victories, and working toward common goals.
If you have loved in your life, it can make up for the many things that you are missing. That is the image of Love that I have in my mind. Does that sound so evil? Is it wrong to wish to have a soulmate, a confidant, a friend, a lover, and a spouse all in one? Someone with whom you share your inner most deepest thoughts? To see someone who truly impresses you in their character, personality and their honesty, and wish you can be with them forever?
Is it wrong to love someone in that way?
Yet when we find enough courage to publicly act on our love by either talking to our parents or the girl's parents, we suddenly get a bitter dose of reality that we were too naïve and idealistic in our intentions. The majority of people seem to think of such ideas as ridiculous and not valid in the real world. Have they forgotten that they themselves have been in the same situation not so long ago?
It is so very sad for me to see that we have to suffer unmarried life due to un-Islamic social factors. We must blame our un-Islamic social customs and materialistic outlook that cause some men and women to remain unmarried.
Many young people or their parents have very (unrealistically) high material expectations for their spouses. They make very difficult standards of education, profession, wealth or physical features. The result is that such people remain unmarried or others do not marry them because they do not meet those standards.
We Muslims must emphasize that best criterion according to Islam is good character, and judge a person on him or her character alone rather than family, social standing etc.
The Prophet -peace be upon him- said, "If someone whose faith and morals you trust makes a proposal of marriage to you then marry him, otherwise there will be trials and much corruption in the land."
As Muslims it is also our duty to help our Muslim brothers and sisters to get married. Allah says in the Quran, "And help to get married those among you who are single or the virtuous ones of your slaves, males or females. If they are in poverty Allah will give them means out of His grace. For Allah encompasses all and knows all things." (Al-Noor 24:32)
Tuesday, November 20, 2007
Borrowed Heaven
The Corrs
All beauty all fade away, borrowed
All moonlight return today, borrowed
All sunrise all shooting stars, borrowed
All earth bound bare feet in clay
you know we’re standing on
Borrowed borrowed heaven
Borrowed borrowed heaven
All heartache all rivers cried, borrowed
Don’t stay out too late tonight, borrowed
I love you don’t wanna die, borrowed
You taste like paradise, I know I’m breathing in
Borrowed borrowed heaven
Borrowed borrowed heaven
Borrowed borrowed heaven
Borrowed borrowed heaven
You gave me life and I will give it back
But before I do, I’m gonna hold it tight
This is my prayer
All body, all skin all bone, borrowed
All silky, all smooth and warm, borrowed
All pleasure, all pain are one, borrowed
Almighty I stand alone
I know I’m living in
Borrowed borrowed heaven
Would You be Happier?
Have you ever wondered where the story ends
And how it all began, I do (I do, I do)
Did you ever dream you were the movie star
With popcorn in your hand, I did (I did, I did)
Do you ever feel you're some else inside
And no one understands, You are (you are)
And wanna disappear inside a dream
But never wanna wake, wake up
And then you stumble on tomorrow
And trip over today,
Would you be happier if you weren't so untogether
Would sun shine brighter if you played a bigger part
Would you be wonderful if it wasn't for the weather
You're gonna be just fine (You're gonna be just fine)
Are you not afraid to tell your story now
But everyone has gone, it's too late (it's too late, it's too late)
Why is everything you've ever said or done
Not the way you planned, mistake
And so you promise that tomorrow
Be different than today
Would you be happier if you weren't so untogether
Would sun shine brighter if you played a bigger part
Would you be wonderful if it wasn't for the weather
You're gonna be just fine (You're gonna be just fine)
I think you're gonna be just fine,
you're gonna be just fine, (fine) so don't worry baby (don't worry baby)
you're racing for tomorrow, not finished with today
Would you be happier if you weren't so untogether
Would sun shine brighter if you played a bigger part
Would you be wonderful if it wasn't for the weather
I think you're gonna be just fine, (You're gonna be just fine)
Would we be happier if we weren't so untogether
Would sun shine brighter if we played a bigger part
Would we be wonderful if it wasn't for the weather
I think we're gonna be just fine (we're gonna be just fine)
I think you're gonna be just fine (don't worry baby),
you're gonna be just fine (don't worry baby),
you're gonna be just fine
Monday, November 12, 2007
Quote of the Day
John D. Rockefeller
Sunday, November 11, 2007
Bandung Orchid Festival
Sampai area pameran anggrek, kita lalu mulai jalan menyusuri stand demi stand yang memajang bunga-bunga terbaik mereka. Hampir di setiap stand, selalu ada yang menarik dan baru, mencuri perhatian dan membuat tangan ingin merogoh kocek untuk menukar keindahan itu untuk dibawa ke rumah kita.
Ibu pesan, minta dibawakan anggrek bulan kuning dan sekantong pakis. Aku baru melihat-lihat dan menanyakan harga di beberapa stand yang memajang beberapa varian anggrek itu. Setelah melewati beberapa stand tanpa membeli apapun, kita sampai di lokasi pameran tempat bunga-bunga terbaik yang memenangkan kontes, dipajang di sebuah area yang dipagari. Wuah… yang kita lihat di area itu memang hanya bunga-bunga pilihan, terindah di antara yang ada. Beberapa bahkan baru kita lihat saat itu. Bahkan pak Amran yang dari Singapur, negara yang terkenal dengan anggreknya, terpesona juga. Dia bilang bahwa beberapa di antara bunga yang dia lihat di sini, belum pernah dia lihat sebelumnya! Hmm…??
Hujan turun. Sementara itu kita mulai jalan kembali menyusuri ruas pameran lainnya. Pak Amran membeli anggrek pertamanya, dari seorang pedagang yang ‘pandai bicara’. Setelah tawar-menawar beberapa saat, kita sepakat dengan sebuah harga kompromi. Jalan lagi, dia tertarik pada sejenis anggrek hijau pucat yang berkelopak tajam. Di tempat itu kita tidak banyak menawar. Dia langsung angkat bunga itu untuk dibawa pulang. Setelah membayar harga bunga itu, tentunya… Di tempat berikutnya, penjualnya tak ada di tempat untuk ditanyai mengenai harga bunga yang kita minati, sebentuk anggrek berbunga kecil, ‘keluarganya’ golden shower, kupikir. Ketika kemudian si penjual datang, kutodong dia untuk memberi diskon karena ketiadaannya barusan. Haha…! Bermula dari harga 30 ribu untuk sebatang anggrek dalam pot kecil, tawar boleh tawar, dia beri harga 50 ribu asal kita beli dua pot. Hm… menggoda… akhirnya pak Amran membeli bunga itu, dengan salah satunya dijadikan hadiah untuk ibuku. Terima kasih… wah, ibu tentu akan senang sekali. Kita sebetulnya sudah ‘janji’ untuk berhenti membeli bunga lagi, tapi aku masih belum dapat anggrek bulan kuning buat ibuku.
Maghrib mulai turun. Cahaya sudah tak terlalu bagus untuk membedakan bunga yang cantik. Dalam perjalanan ke tempat parkir, satu stand bunga lainnya kita kunjungi lagi. Kutemukan beberapa pohon anggrek bulan kuning di situ, dan ketika kutanya harga, ya… nggak beda sih dengan harga bunga serupa di beberapa stand yang sudah kita kunjungi sebelumnya. Yang ini nggak begitu unik sih, sebetulnya… tapi gara-gara sudah capek jalan, plus pesan ibu untuk membelikannya anggrek bulan kuning, akhirnya kuambil juga satu pot yang terdiri dari dua pohon dengan sebatang tunas bunga baru. Di tempat itu, karena aku berhenti cukup lama, eh… pak Amran juga tergoda untuk membeli satu lagi anggrek keriting. Cantik. Tunasnya cukup banyak, dan kupikir… boleh juga nanti kuminta anak pohon itu kuminta untuk ibuku. Hehehe… ;)
Monday, October 29, 2007
La Tahzan (Don't be Sad)
Oleh : Tanda Setya
La Tahzan, sabar dan optimisme bahwa setiap problem pasti ada jalan keluarnya, setiap penyakit ada obatnya. Selanjutnya marilah kita renungkan kiat-kiat bahagia yang disarikan oleh seorang Doktor hadits yang hafizh ini : Sadarilah bahwa jika Anda hidup hanya dalam batasan hari ini saja, maka akan terpecahlah pikiran Anda, akan kacau semua urusan, dan akan semakin menggunung kesedihan dan kegundahan diri Anda.
Hidup memang tidak untuk larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Hidup juga bukan media untuk memuja-muja kegembiran, semua telah diatur berdasarkan regulasi langit yang menjadi hak absolut dari Sang Pencipta. Sebagai mahluk, manusia dibekali dengan apa yang disebut rasa, ada rasa sedih, ada rasa gembira, ada rasa takut, ada rasa gembira, dan berbagai rasa lainnya. Kini yang dituntut adalah bagaimana mampu memanage rasa itu untuk stabil berada dalam ketentuan Tuhan. Maka sungguh berartinya tulisan 'La Tahzan (Don't be Sad) itu.
Wednesday, October 24, 2007
Ternyata Menjadi Bahagia Itu Mudah...
Tahukah Anda, bahwa bersikap positif dan optimis akan meningkatkan harapan hidup setidaknya 7,5 tahun, hal ini dibuktikan oleh survey di Yale University setelah menghitung faktor usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan kesehatan fisik. Orang yang berpikir positif lebih bisa mengurangi dampak negatif dari stres yang merusak, itulah kuncinya.
"Tentu saja mereka yang optimis juga mendapat stres," ujar David Snowdon, profesor neurologi di University of Kentucky yang mengkaji masalah pertambahan usia. "Namun mereka meresponnya dengan lebih cepat sehingga status mental dan fisik yang positif terjaga."
Berikut dipaparkan lima perilaku yang diyakini para ahli dapat memperpanjang usia dan bisa Anda tiru juga, lho.
l. Gunakan ponsel Anda
Jalinlah komunikasi dengan teman atau sahabat, melalui ponsel juga bisa jika tak punya cukup waktu untuk bertemu langsung. Orang yang gemar bersosialisasi setidaknya sekali seminggu akan diberkahi otak yang tajam, umur panjang dan menghindari serangan jantung. "Bicaralah di telpon dengan teman, hal ini punya efek langsung menurunkan tekanan darah dan kadar kortisol," ujar Teresa Seeman, PhD, seorang profesor epidemiologi di UCLA.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa memiliki hubungan jangka panjang memiliki sejumlah manfaat, antara lain menjalani kehidupan aktif dan terhindarkan dari keinginan merokok." Nah, mulai sekarang berusahalah untuk berhubungan dengan teman-teman yang anda punya. Telpon mereka, jadwalkan makan siang bersama atau sekadar ngopi di resto atau kafe mana... gitu.
2. Mereka menunjukkan rasa syukur
Tuliskan perasaan Anda mengenai kejadian menyenangkan di kertas, diary, komputer atau bahkan PDA. Orang yang suka menuliskan segala hal akan mensyukuri apa yang mereka dapat dan lebih optimis menatap masa depan. Umumnya orang seperti ini juga merasa lebih puas dengan apa yang sudah diraih sejauh ini, demikian menurut studi University of California, Davis. Orang-orang ini juga merasa fisiknya jauh lebih kuat.
"Jika Anda selalu bersyukur, sulit untuk merasa sedih," ujar Sonja Lyubomirsky, PhD, penulis buku "The How of Happiness: A Scientific Approach to Getting the Life You Want." Namun janganlah berlebihan. Orang yang menuliskan perasaan mereka di jurnal seminggu sekali mendapatkan dorongan lebih besar untuk merasakan kebahagiaan ketimbang mereka yang menuliskannya tiga kali seminggu. Temukan frekuensi yang tepat untuk Anda, dan jalankanlah.
3. Baik hati
Apakah selama ini Anda melakukan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari? Berbuat baik akan membuahkan rasa nyaman dan bahagia dalam diri, demikian menurut penelitian Lyubomirsky. Karma berbuat baik Anda akan berbalas manis, bahkan meski itu hanya 'kebaikan kecil' yang Anda lakukan untuk orang lain dan tak direncanakan. Misalnya memberikan kursi Anda untuk ibu hamil di angkot, atau membelikan rekan kerja secangkir kopi atau setangkup pizza saat makan siang. Anda akan menjumpai bahwa 'balasan' dari tindakan manis Anda ini akan jauh lebih besar dari yang dibayangkan. "Anda akan melihat bagaimana Anda dihargai dan disukai orang lain." ujarnya. Bukankah itu menyenangkan?
4. Menghargai hidup
Ya, tentu saja Anda dapat menulis ulang sejarah dan merasa jauh lebih baik mengenai diri Anda. Sisihkan sedikit waktu setiap minggu untuk mencatat setiap kejadian yang sudah berlangsung. Merefleksikan pengalaman dapat membentuk kembali persepsi atas kejadian itu, demikian juga mengenai pengharapan Anda di masa datang, ujar Robert N. Butler, MD, presiden dari International Longevity Center-USA di New York City. Saat menciptakan 'review kehidupan' ini Anda akan mencatat semua pencapaian dan secara instan akan mendongkrak rasa percaya diri. Catat dan kelompokkan dalam folder terpisah mengenai kisah saat kuliah, bekerja, menikah, memiliki anak dan lain-lain.
Tuliskan kisah kesuksesan dan kegagalan yang Anda alami. Mungkin Anda akan mendapati kegagalan di satu sisi, ternyata membuahkan kesuksesan di bidang lain. Pindah dari kantor lama ternyata Anda mendapatkan suami di kantor baru. "Meski kejadian itu menyakitkan, Anda akan lebih mudah menangani masa-masa sulit itu." Jadi jujurlah, tapi jangan terlalu keras 'menghakimi' diri sendiri. Ingatlah Anda adalah 'heroin' pada dongeng yang Anda tulis.
Tuesday, October 23, 2007
Ulang Tahun Kakak Panji
Monday, October 22, 2007
Friday, October 19, 2007
Silaturahmi 2
Seperginya Intan, aku mengeluarkan mobil dan memacunya dengan kecepatan standar. Tujuan pertama, ke BNI ITB, ngurusi buku tabungan yang sudah harus diganti karena sudah terisi penuh. BNI sepi, tapi parkiran penuh! Masih banyak juga orang yang berkunjung ke kebun binatang. Hampir saja aku di-charge Rp 5000 untuk sekali parkir. Petugas parkir (tak resmi) yang memberiku tiket bilang, itu harga spesial karena mereka sudah kerja sama dengan pihak bonbin dan menerapkan tarif parkir setinggi itu. Apa??? Ngarang aja! Aku batal parkir di ruas jalan dekat BNI ITB itu, dan untungnya menemukan space parkir kosong tak jauh dari situ. Jalan sedikit, dan masuk pelataran BNI ITB yang dipenuhi polisi. Sebagian duduk-duduk santai di tempat teduh, satu-dua orang ‘mengatur’ lalu lintas yang luar biasa padat, dan satu pasukan kelihatannya sedang di-briefing oleh atasannya. Aku dan Umi melintas di depan mereka. Aku merasa sedikit terintimidasi tapi sok cuek aja saat berjalan menuju pintu masuk BNI. Jadi merasa seperti kucing yang jalan di depan sepasukan anjing. Hihi… Usai dari BNI, kita mampir dulu di Rabbani, numpang shalat dan makan fresh mi. Hmm… enak. Beneran! Bu Umi nyoba mi hijau. Entah ‘rasa’ apa. Bayamkah, atau green tea, atau pandan? Haha…! Aku sih mi yang standar aja, dibikin yamin manis. Ditemenin jus strawberry yang segar, lengkap deh acara late lunch kita siang tadi.
Kirim sms ke mbak Indri, mengkonfirmasi janji kita untuk berkunjung ke rumahnya. Balasan tak kunjung datang, tapi kita nekat aja mendatangi rumahnya. Alhamdulillah, dia ada, dan menyambut kita dengan ‘gegap gempita’. Haha… Masih gayanya, seperti biasa. Ngobrol macam-macam juga, sampai lepas asar.
Umi dapat sms dari Vera, teman Gamais di Arsitek ITB dulu. Kebetulan dia sedang ada di Bandung, tepatnya di hotel Jayakarta. Ah, dekat sekali tuh dari rumah mbak Indri. Kita sempatkan mampir ke sana dan bincang-bincang seru lagi. ‘Ngabsen-in’ teman-teman lulusan ITB lain yang kebanyakan sudah tersebar di mana-mana. Iis yang masih betah aja di Jepang, Vera yang juga akan berangkat ke sana April nanti, Yanti yang sedang di Jerman, siapa lagi yang belum pulang dari Australia, lalu siapa lagi yang setelah pulang dari Dubai, kembali aktif di Jakarta, si ini yang menikah dengan si itu, si anu yang sudah punya anak sekian-sekian, dst dsb. Jadi tersemangati, terutama untuk ngejar peluang beasiswa lagi. Bismillah. Saling bertukar nomor telefon dan alamat e-mail, Vera-chan to mata renraku shite yakusoku wo shita. Yoroshiku onegai shimasu. Shougakukin no info wo kuretara, ii-na, to omou. Watashi mo mata ganbarimasu kara. Yosh…!
Wednesday, October 17, 2007
Tuesday, October 16, 2007
Silaturahmi Idul Fitri
Hari ini, bareng beberapa rekan Salman (atau ‘alumni’ Salman), kita berkunjung ke rumah pak Rombang, mantan kepala sekolah Salman. Beliau sangat bijak, sangat mengerti bidang yang ditanganinya, dan tak segan membagi ilmu untuk kita. Makanya kita sangat menyegani beliau, menghormati beliau, dan… menyayangi beliau. ;) Tahun lalu kita bersilaturahmi ke rumahnya, dan tahun ini kita jadwalkan hal serupa. Janjian jam 9, tapi mungkin baru sekitar jam setengah 10-an kita berkumpul di depan rumah beliau. Sempat nyasar-nyasar juga, tapi akhirnya ketemu juga rumahnya. Bertujuh kita datang. Pak Soleh yang sekarang jadi kepsek SaF, pak Eko yang kali ini datang sendiri tanpa istri dan anaknya, aku, bu Tika, bu Tia, bu Umi, dan Intan yang datang bermotor-ria ke sana. Perbincangan, nggak jauh-jauh… masih membicarakan kebijakan pendidikan di Indonesia, situasi di Salman, dan kabar kita sekarang di tempat yang ‘baru’. Bu Umi di P3G dan Intan di Dinas Peternakan Purwakarta yang jadi pegawai negeri, dan aku di Irsyad, berbagi kisah tentang berbagai hal yang terjadi di tempat kami sekarang berbakti. Bada dzuhur, kami berpisah, karena sudah lama juga kami berbincang. Nggak selesai-selesai kalau bicara dnegan beliau. Hehe… Insya Allah ketemu lagi di lain kesempatan ya pak, juga teman-teman yang selalu kurindukan. Miss you all!
Karena masih kangen, aku, bu Tika, bu Tia dan bu Umi melanjutkan perbincangan sambil mencari tempat untuk makan siang. Hey… Carrefour Kircon baru buka! Kita jajal tempat itu yuk…! Dan semua (terpaksa) setuju, soalnya aku yang bawa mobil kan? Hehe… ;) Makan siang di sana, ditraktir bu Umi yang lolos program S2 beasiswa di ITB. Sekalian syukuran, kali ya. Baraakallah…! Setelah itu, sempat jalan juga di area supermarket yang superluas. Awalnya bu Tia cuma mau lihat rak buku, survey harga, tapi berlanjut ke sana-sini. Hm… seru juga. Ada satu-dua benda yang kutaksir juga. Jadi pengen beli, mumpung masih harga promosi nih… ;)
Selepas shalat ashar, kami berpisah di parkiran. Awalnya aku mau ke warnet, ngajakkin bu Tika yang pulang bareng, tapi batal. Malah jadi cerita panjang lebaaaar, tentang segaal macam. Ya cerita dia, ya cerita tentang aku juga. Sampai nyampe rumahnya, padahal aku njalanin mobil pelan lho. Dan cerita masih juga belum selesai. Aku sih sekalian silaturahim dengan ibunya, yang Alhamdulillah berangsur sehat setelah sempat terserang stroke ringan beberapa waktu yang lalu. Bincang-bincang sebentaran, ibunya lalu memisahkan diri, dan perbincangan pribadi kami berlanjut lagi. Selepas isya, aku baru pulang. Perbincangan yang panjang, memang. Aku lega bisa cerita, dan masih ingin cerita-cerita lagi. Kapan-kapan lagi ya, bu Tika. Sekalian konsultasi masalah profesional. I need your guidance. Yoroshiku onegai shimasu… m(_ _)m
Friday, October 12, 2007
Thursday, October 11, 2007
Lebaran, kapan?
1 Syawal 1428 H
Mohon maaf lahir & batin.
Semoga Allah melimpahkan rahmat, hidayah dan ampunan-Nya bagi kita semua, menerima segala amalan kita, dan menempatkan kita di garis awal kembali menuju pribadi yang fitri, agar dapat meniti hari kembali dalam perjuangan mendapatkan ridho Ilahi. Amiin.
Taqabbalallaahu minna wa minkum, taqabbal yaa Kariim.
Quote of the Day
Abraham Lincoln
Wednesday, October 10, 2007
Baju Baru buat Ibu
Nggak bisa beli sebelah, ternyata. Soalnya dulu aku sempat ganti sebelah. Ternyata, baru kuperhatikan kemudian, kanan-kiri jadi beda tampilan. Aneh juga. Kentara sekali kan? Di bagian depan, soalnya. Ada yang semodel, tapi ukurannya nggak sama. Yang ukurannya sama, modelnya berbeda. Karena yang original tidak tersedia, akhirnya aku pakai penggantinya, suku cadang asli Toyota. Sepasang sekalian. Tadinya mau beli body cover juga untuk Kijang-ku itu, tapi nggak ada stock-nya juga. Walah…! Padahal tadinya mobilku mau berdandan juga menghadapi lebaran ini. Hihi… ;)
Sempat pergi ke warnet dulu beberapa waktu, loading beberapa desain kartu lebaran dan menyempatkan chatting dengan beberapa rekanan. Pulang-pulang, hujan lagi… tapi menyempatkan juga mampir ke toko lain, mbeli baju baru buat ibu. Beliau agak ngambek rupanya. Dalam beberapa kesempatan, aku menyampaikan keberatan karena ibu beli baju baru lagi… beli baju baru lagi. Lemari ibu sudah penuh lho. Beliau lalu bilang, tahun ini akan jadi tahun pertamanya tanpa baju lebaran. Halah…! Aku juga rasanya sudah 3 tahun ini nggak pake ‘baju lebaran’ (soalnya baju baruku dibeli di pertengahan tahun, bukan di bulan Ramadhan. ;) Hehe…), tapi biasa-biasa ajalah. Baju baru bukan esensi Idul Fitri kan? Tapi… akhirnya kubelikan satu baju untuk ibu. Setelan hijau dengan lukisan bunga di atasnya. Cantik. Satu yang sedang trend sekarang ini (ibu kan pengikut mode… ehm!) dan kebetulan belum dia miliki. Mudah-mudahan beliau suka.
Pulang ke rumah, kuminta ibu mencoba baju baru itu. Ibu masih ngambek.Beliau kata, tak akan mati penasaran walaupun tak berbaju baru di hari raya. Hidoi ne...? Hh… semakin berumur, beliau memang jadi agak lebih sensi… Tapi dicobanya juga baju dengan warna kesukaannya itu. Alhamdulillah, cukup. Aku yakin, di hati ibu ada kebahagiaan kecil. Kubilang, ”Ibu nggak usah beli baju baru tahun ini, karena Diah yang akan belikan.” Maaf lahir batin ya bu… anakmu yang satu ini memang masih suka menyusahkan hati ibu.
Tuesday, October 09, 2007
Quote of the Day
James H. Boren
Hujan di Penghujung Ramadhan
Beberapa hari ini, hujan juga turun di dalam hati. Bukan hujan lagi, tapi badai melanda, membuatku berdarah-darah. Sakitt. Sebuah masalah besar kembali tampak di depan mata. Seperti Ramadhan tahun lalu, masalah ini membawaku kembali ke hadapan Allah (tuh ya… kalau lagi ada masalah, Allah didekati, di-curhat-i. Malu juga, tapi… kepada siapa lagi aku menyembah, dan kepada siapa lagi aku memohon pertolongan, jika tidak kepada-Nya?). Kuadukan masalahku kepada-Nya saja, dalam sujud panjang di penghujung malam sunyi. Ah… tak ada malam sunyi di bulan Ramadhan ini. Baru sebentar saja khusyuk ‘berbincang’ dengannya, segera juga kesibukan di dapur membuatku menyusut mata. Tak kuingin orang rumah tahu. Setidaknya, tidak untuk saat ini. Entah kapan akan kubuka rahasia besar ini, yang jelas tak bisa kusimpan sendiri. Bisa mati berdiri.
Tahun ini, tak ada lagi teh Dewi, tempatku berbagi cerita. Mungkin dari alam sana dia hanya memandangku iba. Terjadi lagi padamu, Dee? Semoga engkau kuat menjalani. Amiin. Ingin kumintakan doa pada semua orang, tapi tak mungkin tanpa mengungkap permasalahannya. Maka ya Allah… hanya kepada-Mu sajalah hamba berserah diri. Berikan keputusan terbaik-Mu untukku, dan jadikan hatiku meridhainya, serta ringankan langkahku menjalaninya. Amiin.
Saturday, October 06, 2007
Monday, October 01, 2007
Pertemuan yang Fana
Sunday, September 30, 2007
Saturday, September 29, 2007
Tujuan awal ke Assalaam dulu, biar tenanglah hati ibu. Mau bayar zakat. Terhadang macet di bubat dan perempatan Pungkur, sungguh menyebalkan. Panas terik, tak bisa nyalain AC mobil, wah… sungguh bukan perjalanan yang menyenangkan. Shalat dzuhur di masjid Assalaam, lalu pergi lagi ke tujuan berikutnya.
Beranjak dari Assalaam, kembali menembus kemacetan di jalanan menuju BIP. Niatnya mau ambil fotoku di Jonas BIP, sebagai pelengkap persyaratan lomba nulis cerpen Rohto. Tapi… sudah 2 kali muter bahkan sampe masuk basement segala, tetap juga nggak nemu space parkir. Sebal, kesal, akhirnya kuputuskan untuk keluar saja. Aku sudah menyiapkan foto lain sih sebagai pelengkap persyaratan lomba itu. Pergilah kita ke kantor pos besar. Aku sungguh berpikir bahwa dateline lomba itu adalah besok. Maka… betul-betul harus hari ini untuk mengirimkan berkas lomba itu. Syarat lainnya sudah siap. 3 rangkap naskah plus sinopsis (yang ngasal banget, hehe…), sudah ku-print sejak kapan, tauk. Copy file dalam bentuk disket plus beberapa file foto-foto cantikku (ehm!), biodata, copy SIM, kemasan lip-ice, plus selembar foto (yang bukan foto terbaikku) sudah kusiapkan. Kukirim hari ini! Done! (Eh, ternyata dateline-nya masih 10 hari lagi!) Baguslah. Sekali-sekali nggak mepet waktu, boleh kan...? ;)
Thursday, September 27, 2007
The Three Dolls
A sage presented a prince with a set of three small dolls. The prince was not amused.“Am I a girl that you give me dolls?” he asked.
“This is a gift for a future king,” said the man. “If you look carefully, you’ll see a hole in the ear of each doll.”
“So?”
The sage handed him a piece of string.
“Pass it through each doll,” he said.
Intrigued, the prince picked up the first doll and put the string into the ear.
It came out from the other ear.
“This is one type of person,” said the man. “Whatever you tell him, comes out from the other ear. He doesn’t retain anything.”
The prince put the string into the second doll. It came out from the mouth.
“This is the second type of person,” said the man. “Whatever you tell him, he tells everybody else.”
The prince picked up the third doll and repeated the process. The string did not reappear from anywhere else.
“This is the third type of person,” said the man. “Whatever you tell him is locked up within him. It never comes out.”
“What is the best type of person?” asked the prince.
The man handed him a fourth doll, in answer.
When the prince put the string into the doll, it came out from the other ear.
“Do it again,” said the sage. The prince repeated the process. This time the string came out from the mouth. When he put the string in a third time, it did not come out at all.
“This is the best type of person,” said the sage. “To be trustworthy, a man must know when not to listen, when to remain silent and when to speak out.”
Monday, September 24, 2007
Sunday, September 23, 2007
Our First Performance
Kemarin pagi kita latihan lagi sekitar setengah jam. Dibantu pak Hajar yang ikut mengarahkan, kita sempat latihan beberapa kali. Dengan permainan 1 finger accompanion on my keyboard by Darin, plus ‘modivikasi’ intro dan ending. Hmm… not bad-lah. Bismillah…
Tampil di urutan ke-4 sebelum presentasi dari pihak sekolah by Pak Amran dan pembagian laporan tengah semester, anak-anak sempat cemas. Termasuk aku dong. Iqbal dan Demma ternyata nggak datang, padahal pembagian suara sudah fix. Tapi apa boleh buat, the show must go on. Maka tampillah mereka dengan aku ‘memandu’ dari belakang. Tidak mengecewakan. Kelompok Alka dan Putra malah terlihat ceria dengan gerakan ritmis kepala bahkan badan mereka. Sedangkan kelompok seberangnya malah relatif lebih ‘kalem’ (kalo nggak bisa dibilang statis). Ya, pantas saja. Di depan ‘hanya’ ada Galuh, Feizal dan Adit yang emang anak-anak pendiam. Hehe… But again, overall, their performance is just perfect (considering the lack of time to practice). I kind of satisfied. Sure we can do better next time, with different performance. Insya Allah. I’ve told them during the evaluation session. Thank’s, kids.
Friday, September 21, 2007
Manage Your Stress
Seorang dosen sedang memberikan kuliah tentang Manajemen Stres.
Dia mengangkat segelas air dan bertanya kepada mahasiswanya "Seberapa berat anda kira segelas air ini? "Mahasiswa menjawab mulai dari 20 gr sampai 500 gr".
Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya.
Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya.
Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat".
"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya".
"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi". Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok.
Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi......
Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya!!
Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi hanya dapat dirasakan jauh di relung hati anda.
Monday, September 17, 2007
Sunday, September 16, 2007
Kakak dan Adik
Wednesday, September 12, 2007
Jelang Ramadhan
Saturday, September 08, 2007
Quadruple Accidents
-
Hari Minggu pagi, pukul 3 dini hari, telefon berdering. Kupikir, pasti bukan kabar yang terlalu baik. Emergency, pasti. Pada intinya, kesimp...
-
Suatu siang di Kota Baru Parahyangan. Aku berada di kawasan niaga di tatar Ratnasasih. Kuparkir mobilku menghadap jalanan supaya memu...
-
Berawal dari keingintahunan tentang kisah dan cerita di balik benda koleksi orang-orang, kuusung tema koleksi ini untuk menjadi salah satu t...